CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 30 Juli 2009

BENTUK-BENTUK PENYAJIAN LISAN

Ceramah,Diskusi,Seminar,Khutbah,Pembaca berita,Sidang,Pidato,Rapat,Wawancara,MC,Konferensi,Kongres,Debat.

salah satu bentuk penyajian lisan adalah kongres

Kongres adalah kumpulan orang, terutama untuk tujuan politik.Daftar isi [sembunyikan]

1 Badan legislatif
2 Partai politik
3 Perkumpulan politik
4 Lihat pula


[sunting]
Badan legislatif

Kongres adalah nama dari badan legislatif di sebuah negara yang beroperasi di bawah sistem kongres.

Sebuah kongres berbeda dengan parlemen di mana inisiatif legislatif diberikan ke dalamnya. Dalam sistem kongres cabang eksekutif dan legislatif pemerintahan dipisahkan jelas. Tugas Kepala Negara (presiden) dan Kepala Pemerintahan (perdana mentri) biasanya digabung, dan anggota kabinet jarang kali diambil dari kongres.

Negara dengan Kongres:
Kongres Amerika Serikat adalah badan legislatif dari Pemerintahan federal Amerika Serikat
Kongres Rakyat Nasional adalah badan legislatif tertinggi di Republik Rakyat Cina
Kongres Nasional Brasil (bahasa Portugis: Congresso Nacional) adalah legislatur Brasil.

Di Prancis, congrès adalah rapat gabungan resmi dan khusus dari kedua rumah dari Parlemen dalam rangka memperbaiki amandemen ke Konstitusi.

[sunting]
Partai politik

Kongres dimasukkan dalam beberapa nama partai politik, terutama di bekas koloni Britania.
People's National Congress of Guyana
Indian National Congress of India
Nationalist Congress Party of India
Nationalist Trinamool Congress of India
Tamil Maanila Congress of India
Basotho Congress Party of Lesotho
Lesotho Congress for Democracy of Lesotho
Lesotho People's Congress of Lesotho
Malawi Congress Party of Malawi
Malaysian Indian Congress of Malaysia
Congress of Democrats of Namibia
Nepali Congress of Nepal
All People's Congress of Sierra Leone
African National Congress of Afrika Selatan
Pan-Africanist Congress of Afrika Selatan
All Ceylon Tamil Congress of Sri Lanka
Sri Lanka Muslim Congress of Sri Lanka
Ngwane National Liberatory Congress of Swaziland
United National Congress of Trinidad dan Tobago
Ugandan People's Congress of Uganda

[sunting]
Perkumpulan politik

Kongres juga digunakan untuk menggambarkan perkumpulan politik bersejarah dari nasionalis berpikiran-merdeka atau revolusioner
Amerika Serikat Continental Congress
Indian National Congress
Iraqi National Congress

(Catatan, partai politik di atas juga mulai dari kelompok seperti ini)


Tanggapan:Menurut saya dalam suatu kongres haruslah memperhatikan peraturan - peraturan khusus yang ada karena dalam kongres selalu di bahas suatu permasalahan yang sangat penting, agar dapat menghasilkan keputusan yang baik.

 Definisi majas simile 

SIMILE. Perbandingan langsung dengan menyamakan suatu hal dengan hal lain menggunakan kata awalan se-, kata penghubung atau kata pembanding (seperti, layaknya, bagaikan, bagai, seumpama, sebagai, umpama, bak, laksana, sepantun).


Simile menurut Rahmat Djoko Pradopo ("Pengkajian Puisi", Gajah Mada University Press: Yogyakarta, Cet. 9, 2005) dapat dikatakan sebagai majas yang paling sederhana dan paling banyak digunakan dalam sajak.

Contoh:
a. Waktu seperti burung tanpa hinggapan
  melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan
  sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan


  Waktu seperti butir-butir air
  dengan nyanyi dan tangis angin silir
  berpejam mata dan pelesir tanpa akhir.

("Waktu", W.S Rendra, "Empat Kumpulan Sajak", Pustaka Jaya: Jakarta, Cet.8, 2003)


b. Ia merasa seperti menyusuri lingkaran
  tak menemukan bangku panjang.

("Lirik untuk Improvisasi Jazz", Sapardi Djoko Damono, "Hujan Bulan Juni", Grasindo: Jakarta, 1994)

  

  Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
  memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
  sampai pada suatu hari
  kita lupa untuk apa.

("Yang Fana adalah Waktu", ibid)

c. Malam ini. Sebuah perapian menyala di kejauhan
  seperti bayang-bayangmu bergerak di pintu depan

("Dari Rembang ke Rembang", Abdul Hadi WM, "Tergantung pada Angin"; Budaya Jaya: Jakarta, 1977) 
   

  Seseorang atau mungkin senandungmu yang hilang
  bergerak seperti perahu di atas ombak tak berjalan.

("Seperti Perahu", ibid)

d. Suratmu masih saja indah kubaca
  bagai ricik kali dan taman bunga
  di padang tandus cintaku

("Neraca Perjalanan", Sitok Srengenge, "Kelenjang Bekisar Jantan", Garba Budaya" Jakarta, 2000) 

  Sebab kau seakan kelam yang selalu mau aku memasukimu,
  sembunyikan cemas sekaligus kebebasanku

("Memasukimu", ibid)

e. Aku tak tahu siapa yang mengantar pulang jasadnya,
  tapi setiap membaca koran aku seperti sedang
  mengantar jenazah loper koran malang itu,

("Loper Koran", Joko Pinurbo, " Pacar Senja"; Grasindo: Jakarta, 2005)

  Bayi tersenyum, membuka dunia kecil yang merekah
  di matanya, ketika Ibu menjamah tubuhnya
  yang ranum, seperti menjamah gumpalan jantung
  dan hati yang dijernihkan untuk dipersembahkan
  di meja perjamuan.

("Bayi dalam Kulkas", ibid).

Ada simile yang kuat. Ada simile yang efektif mengutuhkan sajak. Ada simile yang lemah. Ada juga yang sia-sia. Ada juga yang membingungkan. Ada yang tidak terasa kehadirannya, karena begitu pas ia dipadankan. Ada yang justru mengganggu. Simile memang jurus yang paling sering dipakai, tapi ia tetap harus dipakai dengan hati-hati.

_MAJAS_


Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis


Majas perbandingan
Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Sinestesia: Metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain.
Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Litotes: Ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Personifikasi: Pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.



Majas sindiran
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.


Majas penegasan
Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.


Majas pertentangan
Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.